JABARCENNA.COM | Portal Berita Jabar Katanya

JabarCeNNa.com, Banjar - Dua penggali sumur Rosid, 50, dan Odang, 45, tewas saat menggali sumur tetangganya di Lingkungan Bojong, Kelurahan Situ Batu, Kecamatan Banjar, Kota Banjar, Jumat, 2 November 2018.

Keduanya tewas diduga karena menghirup gas beracun di dalam sumur. Peristiwa naas tersebut terjadi sekitar pukul 13.00 WIB, saat kedua korban sedang menggali sumur tetangganya, Dodo, 60.

Keterangan diperoleh menyebutkan, saat menggali sumur korban Odang berada di bawah atau di dalam sumur, sedangkan Rosid menunggu di atas.

Sekian lama Rosid di atas, dia tidak mendengar suara Odang dan juga tidak terdengar aktivitas, sehingga dia curiga, lalu turun menggunakan tangga ke bawah sumur.

Alangkah kagetnya Rosid melihat Odang pingsan, dan tanpa pikir panjang lagi Rosid pun turun ke dasar sumur untuk menyelamatkan Odang.
Namun naas, Rosid pun ikut jatuh lemas dan tumbang, diduga karena menghirup gas beracun.

Kepala BPBD Kota Banjar, Yayan Herdiaman mengatakan kedua korban tewas diduga karena menghirup gas beracun.

"Keduanya diduga menghirup gas beracun. Tidak sempat diselamatkan," kata Yayan di lokasi kejadian, Jumat, 2 November 2018.

Yayan menuturkan, pihaknya mendapat laporan dari masyarakat bahwa ada Korban keracunan gas dalam sumur. 

Yayan bersama petugas gabungan  dari Polri, TNI dan PMI pun langsung menuju TKP berusaha menyelamatkan para korban. Namun sangat disayangkan, kedua korban tidak sempat diselamatkan.

Tim gabungan pun berupaya mengevakuasi kedua korban dari dalam sumur.

"Upaya evakuasi cukup sulit. Tim memerlukan waktu satu setengah jam untuk mengangkut jedua korban dari dalam sunyr," terang Yayan.



.tema/tn

JabarCeNNa.com, Banjar - Satlantas Polres Banjar melaksanakan Operasi Zebra Lodaya 2018 sebagai upaya pengkondisian Operasi Lilin 2018 Pengamanan Natal dan Tahun Baru.

Operasi Zebra Lodaya tersebut dipimpin langsung oleh Kasat Lantas Polres Banjar AKP Fredy S didampingi Ipda Toto.

Operasi digelar di jalan Randegan Perbatasan Jabar-Jateng, Jumat, 2 November 2018.

Kasat Lantas Polres Banjar, AKP Fredy S mengatakan maksud dan tujuan Operasi Zebra ini adalah cipta kondisi Operasi Lilin Pengamanan Natal dan Tahun Baru.
Kasat Lantas Polres Banjar AKP Fredy S
"Operasi ini untuk cipta kondisi operasi Lilin 2018 Pengamanan Natal dan Tahun Baru," kata Fredy di lokasi operasi, Jumat, 2 November 2018.

Selain itu, kegiatan Operasi ini juga dimaksudkan untuk meminimalisir potensi kejadian-kejadian pada Operasi Lilin.

Operasi yang berlangsung selama empat hari ini, kata Fredy, petugas telah menindak sebanyak 247 pelanggaran.

"Ya, kalau dirata-rata, ada 60 pelanggaran setiap harinya. Kota Banjar ini kecil, hanya terdiri dari empat kecamatan," terang Fredy.

Tindakan yang diambil petugas terhadap para pelanggar adalah menahan SIM, STNK, namun ada juga kendaraan yang ditahan.

Pelanggaran didominasi kendaraan roda dua, ungkapnya.


.tema/tn

JabarCeNNa.com, Cirebon - Seorang oknum polisi membentak, memaki dan mengintimidasi seorang wartawan yang sedang menjalankan tugas jurnalistik di Mapolsek Utara Barat (Utbar), masuk wilayah hukum Polresta Cirebon, Jumat, 2 November 2018.

Ade Gustiana, wartawan Radar Cirebon yang mendapat perlakuan tidak menyenangkan itu mengaku dirinya mulai diintimidasi selepas dia mengambil gambar kegiatan razia yang dilakukan tepat di depan Mapolsek Utbar.

"Saya memang mengambil gambar kegiatan razia itu. 'Apa-apaan kamu main ambil gambar seenaknya. 'Kalau ambil gambar harus lapor pimpinan dulu'," kata Ade menirukan 'bacot' oknum polisi tersebut ketika dihubungi, Sabtu, 3 November 2018.

Ade sendiri datang ke Mapolsek Utbar awalnya untuk konfirmasi atas  terjadinya aksi kejahatan di salah satu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Jl Perjuangan, Kota Cirebon, dan lokasi kejahatan yang terjadi siang kemarin itu masuk wilayah hukum Polsekta Utbar.

"Saya mau konfirmasi, dan saya disuruh tunggu. Nah, setelah lama menunggu saya keluar, iseng-iseng memotret kegiatan razia itu. Disitulahlah kemudian ada oknum polisi berpakaian preman mendatangi saya dan memaki-maki saya," ungkap Ade.

Bahkan, lanjut Ade, si oknum polisi itu merampas HP miliknya, dan mengancam akan menjebloskan dirinya ke sel.

"HP saya dirampas, dan dia suruh saya angkat kaki, kalau tidak akan dijebloskan ke sel," tutur Ade.

Perbuatan tidak menyenangkan ini pun dilaporkan Ade kepada Pimpinan Redaksi Radar Cirebon, Rusdi Polpoke.

Rusdi menyesalkan perilaku si oknum polisi tersebut yang telah melakukan intimidasi kepada wartawanya saat menjalankan tugas.

Menurutnya, perlakuan kasar terhadap jurnalis tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Radar Cirebon juga secara resmi akan melayangkan protes kepada Kapolsekta Utbar AKP Ali Mashar dan Kapolres Cirebon Kota (Ciko) AKBP Roland Ronaldy, kata dia.

“Surat resminya sedang kita siapkan. Tapi kita juga sudah mengawali dengan mengirim protes melalui WhatsApp ke Pak Ali (Kapolsek Utbar) dan juga di-forward ke Pak Kapolres. Kita tentu menyesalkan kejadian itu. Kita menyesalkan cara oknum anggota polisi itu menghadapi jurnalis kami di lapangan. Merampas ponsel, intimidasi, bahkan mengancam menahan wartawan kami, tindakan yang sangat-sangat berlebihan,” tandas Rusdi.

Ia juga menyatakan sudah melakukan pembicaraan melalui sambungan telepon seluler dengan Kapolsekta Utbar AKP Ali Mashar. 

“Barusan ini (tadi malam, red) kita tersambung dengan Pak Ali. Melalui telepon kami sudah menyampaikan apa yang dialami wartawan kami. Pak Ali juga terkejut adanya kejadian ini. Rencananya besok (hari ini, red) kami bertemu, silaturahmi langsung dengan Pak Ali. Sekaligus membahas kejadian ini,” jelas Rusdi.

Menanggapi intimidasi oleh oknum polisi terhadap wartawan Radar Cirebon, Direktur Eksekutif ANCaR Institute, Tunggul Naibaho mengecam keras, dan dia menilai perilaku oknum polisi tersebut cerminan dari watak bad police (polisi jahat) yang memang masih ada di tubuh Polri.

"Polisi seperti itu sangat berbahaya. Karena boleh jadi dia itu adalah penjahat yang bersembunyi di balik baju Polri," tegas Tunggul.

Menurut dia, apa yang salah mengambil gambar kegiatan razia yang dilakukan secara terbuka, apalagi itu dilakukan di depan markas polisi," tanya Tunggul.

Tunggul pun meminta agar pihak pimpinan Polri mengusut tuntas masalah ini, karena nenurutnya ini bukan masalah kecil.

"Ini bukan masalah kecil. Ini masalah besar. Ini masalah persepsi. Bukan main-main. Kita bisa tebak, kira-kira apa yang ada di otak si oknum polisi tersebut atas kerja wartawan. Jelas si oknum itu tidak mau diganggu ketika dia melakukan penyalahgunaan kekuasaanya demi keuntungan pribadi. Makanya dia marah-marah," tandas Tunggul.

Dengan persepsi dan anggapan yang seperti demikian, maka bukan tidak mungkin di lain waktu, di kasus yang lebih besar, model oknum seperti itu, nilai Tunggul, berpotensi melakukan kekerasan bahkan pembunuhan terhadap wartawan.

"Ini kan soal persepsi, dan si oknum itu menganggap wartawan adalah pengganggu dari nafsunya untuk menyelewengkan kekuasaan polisi. Ini sangat berbahaya," ujarnya.

Polri, seharusnya sadar, bahwa dalam sistem demokrasi, pers adalah salah satu pilar rakyat untuk melakukan kontrol sosial.

"Secara konstitusional, Polri harus ridho atas eksistensi pers, sebagaimana pers juga mahfum atas keberadaan Polri sebagai kekuatan sipil bersenjata yang bertugas menegakan hukum, menjaga keamanan dan ketertiban umum," jelas alumnus FHUI tersebut.

Dan kalau ada oknum polisi yang memandang pers sebagai musuh polisi, maka oknum seperti itu dipecat saja langsung. Karena oknum itu hanya akan menghancurkan citra polisi dari dalam, pungkasnya.


.iwy

JabarCeNNa.com, Cirebon - Para Aparatur Sipil Negara (ASN) melakukan aksi demo dan orasi di depan gedung DPRD Kabupaten Cirebon, dan menyebut Bupati Cirebon Nonaktif Sunjaya Purwadisastra, Kamis, 1 November 2018.

Para ASN yang hadir, mulai dari pegawai berpangkat rendah pejabat semisal sekcam, camat hingga kepala dinas.

Salah satu ASN yang melakukan orasi adalah Sekretaris Camat Babakan, H Juju Hermanto. Secara tegas Juju menyebut Sunjaya adalah pemimpin dholim yang sudah mendholimi semua PNS di lingkungan Kabupaten Cirebon.

Rata-rata PNS takut bicara, ada yang berani tetapi hanya segelintir saja.

“Hanya segelintir saja yang berani bicara. Itu faktanya. Dan saya berharap ke depan para PNS untuk tidak takut menyampaikan kebenaran," lantang Juju.

Juju mengaku, selama kepemimpinan Sunjaya, dirinya sudah 13 kali mengalami mutasi dan rotasi. Alasan mutasi dan rotasi bukan berdasar kapasitas dan kapabilitas. 

"Tetapi atas perbedaan politik dan uang suap yang menjadi dasar acuan pergeseran jabatan. Kerja model apa ini? Baru saja duduk empat bulan, sudah dimutasi kembali. Kacau pemerintahan di bawah kepemimpinan Sunjaya,” teriak Juju penuh emosional.

Bahkan Juju menilai, ditangkapnya Sunjaya oleh KPK karena Allah SWT tidak ridha bumi Cirebon dirusak. 

Orasi dengan nada yang sama disampaikan Sekretaris Camat Panguragan, Iim Rohiman, dia mengatakan, mutasi dan rotasi jabatan yang dilakukan Sunjaya semata-mata karena faktor duit.

"Gasar-geser jabatan itu karena faktor duit. Saya termasuk korban karena saya tidak pernah mau bayar (suap). Idealnya, rotasi dan mutasi jabatan itu dua tahun sekali sesuai kompetensi PNS. Kasus Sunjaya harus menjadi pelajaran bagi kepala daerah mendatang,” tandasnya.

Menurut dia, kalau ASN profesional, visioner, dirinya yakin Cirebon maju. 

"Kasus Sunjaya harus kita jadikan pelajaran, dan juga harus kita dijadikan titik balik perbaikan Pemerintahan Kabupaten Cirebon ke depan,” imbuhnya.

Sementara level kepala dinas orasi disampaikan oleh Kepala Dishub Kabupaten Cirebon Abraham Mohamad.

Abraham mengapresiasi kinerja KPK yang telah menangkap Sunjaya atas dugaan kasus jual beli jabatan, fee proyek, dan perizinan.

Selama Sunjaya memimpin, kondisi birokrasi menjadi kacau, tegas Abraham.

“Sunjaya mendzalimi banyak orang. Praktik jual beli jabatan, mutasi dan rotasi menjadi hal biasa. Setiap orang setiap saat terancam digeser dari jabatanya. Hingga akhirnya Sunjaya tertangkap KPK,” paparnya.

Abraham menuturkan, PNS sering kali dipermainkan Sunjaya. Maka ke depan, ia berharap pemimpin yang bisa mengayomi seluruh masyarakat. 

“Kita berharap calon bupati mendatang benar mengurus prmerintahan dan memperhatikan masyarakatnya," tuturnya.

Selesai melakukan orasi, para ASN melakukan audensi dengan pihak DPRD, dan diterima langsung oleh Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, H Mustofa.


.jamal
Diberdayakan oleh Blogger.