Akibat Gempa dan Pengambilan Barang Secara Sepihak, Pengusaha Ritel Sulteng Rugi 450 Miliar

JabarCeNNa.com, Jakarta - Pengusaha ritel di Sulawesi Tengah, terutama di Kota Palu, mengalami kerugian hingga Rp450 miliar akibat gempa dan pengambilan barang secara sepihak oleh warga korban gempa.

Demikian disampaikan Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey mengenai kerugian yang dialami para anggotanya, tidak saja atas kerusakan bangunan akibat gempa, tetapi juga akibat pengambilan barang-barang makanan dan minuman secara sepihak oleh warga korban gempa.

"Aprindo mencatat kerugian sekitar Rp 450 miliar, dialami oleh anggota-anggota Aprindo yang memiliki gerai toko modern, antara lain Ramayana, Matahari, Hypermart, Alfamidi, dan lainnya yang berlokasi di Poso, Palu, dan Donggala," kata Roy Nicholas Mandey kepada Kompas di Jakarta, Minggu, 30 September 2018 malam.

Roy tidak menggunakan istilah 'penjarahan', melainkan 'pengambilan barang secara sepihak', karena Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, mengatakan tidak ada penjarahan.

"Tidak ada itu penjarahan. Bandara kondisinya runtuh, tidak ada yang tunggu. Listrik mati, halaman bandara buat pengungsi. Ada toko di bandara yang rusak akibat gempa. Makanan, minuman berhamburan, kemudian diambil masyarakat. Jadi bukan penjarahan. Saya melihat kejadian itu. Halaman bandara depan kosong, tidak ada yang jaga. Demikian yang saya tahu," ucap Tjahjo saat dikonfirmasi, di Jakarta, Minggu (30/9).

Dan mengenai pengambilan barang oleh warga, Tjahjo sudah memerintahkan Gubernur Sulteng untuk melakukan pendataan, dan hal itu akan dibayar oleh pemerintah.

Meski demikian, politikus PDIP itu mengatakan pemerintah pusat tengah rapat koordinasi membahas persoalan tersebut.

Roy juga menyampaikan ada lima karyaean gerai ritel yang meninggal dunia akibat gempa. 

"Sampai saat ini, seluruh gerai yang terdampak belum bisa beroperasi," kata Roy.

Gerai ritel Aprindo yang ada di Palu dan Donggala masih dalam proses konsolidasi dan pendataan. Semoga dalam waktu singkat dapat segera beroperasi untuk melayani kebutuhan masyarakat, imbuh Roy.

Mengenai pengambilan sepihak barang dagangan oleh warga, Roy menyebut pihaknya belum menerima kabar atau bentuk koordinasi apapun dari pemerintah, baik pusat maupun daerah. Padahal masyarakat sudah mengambil barang-barang dari gerai ritel di sana, bahkan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo pun telah menginstruksikan pemda mendata barang apa saja yang diambil.

Instruksi Tjahjo disampaikan pada Sabtu (29/9) malam, dengan tujuan semua barang dari toko ritel yang diberikan kepada masyarakat terdata dan pemerintah akan membayar setelahnya. Namun, sampai malam ini, belum ada komunikasi dari pemerintah mengenai hal tersebut.

"Sampai sekarang kami belum pernah diajak komunikasi oleh Mendagri dan pemda. BUMN saja dipanggil terlebih dahulu oleh para pimpinannya, tetapi kami pelaku usaha non BUMN atau swasta tidak pernah diajak bicara atau minimal dikomunikasikan mau bagaimana jalan terbaiknya," ujar Roy.

Meski begitu, Aprindo telah mengirim bantuan bagi korban gempa dan tsunami sejak Sabtu malam. Bantuan dibawa melalui jalur darat dengan rincian sembako, selimut, makanan bayi dan makanan instan, serta obat-obatan untuk P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).

"Bantuan sudah berangkat dari Makassar menuju Poso, Palu, dan Donggala. Semoga dapat segera diterima oleh para korban karena kami turut merasakan duka dan kesusahan masyarakat di sana," ucap Roy.


.tn